Waktu ku kecil, ku sering berkhayal begini.... |
Banyak orang yang menganggap masa kecilnya lebih baik dari masa kecil orang yang lebih muda darinya. Menurutku sih, nggak ada salahnya.
Terkadang aku sendiri prihatin melihat 'anak jaman sekarang'. Waktu aku kecil, lihat lawan jenis saja jijik. Gara-gara doktrin televisi dan koran jaman dulu, aku takut dipegang cowok, takut hamil. Sekarang udah tahu bukan itu yang bikin hamil--- oke, ga usah ngoceh ke arah situ, malu sendiri.
Sekarang, rasanya seorang bocah berusa 3 tahun mengidolakan S**SH adalah hal biasa (nama disensor untuk melindungi), bahkan ada boy band yang berisi bocah yang masih shota macam C***y Ju****. Sayangnya, meski saya shotacon, personilnya gak ada yang bikin saya berteriak imut. Mungkin, kalau seandainya mereka konser pakai dress dan dandan ala trap, saya akan tertarik--- JANGAN OOT DULU, AYA.
Lalu kaitannya apa? Mereka menyanyikan lagu cinta. Tentu saja cinta antar lelaki dan perempuan, gila aja kalau ada boyband nyanyi lagu berbau 'BL' dan 'yuri' di Indonesia, yang ada didemo dan dianarkis FP* (kayaknya kasihan betul kalau ada fujoshi yang fans boyband Indonesia, gak bisa sembarangan pairing anggotanya kayak yang demen Korea--- eh, kok ngelantur lagi).
Waktu aku masih kecil, nonton anime yang tayang di mana gitu yang judulnya 'Chocolate' atau apa gitu aja mau nyanyiin lagu opening versi bahasa Indonesia nya malu. Kenapa? Karena ada kata 'cinta'nya dan aku takut dimarahin orang tua kalau nyanyi lagu cinta yang cinta pacar. Padahal aku suka lagunya. Sekarang, agak iri juga lihat keponakan yang masih 3 tahun nyanyi lagu cinta (pacar) sebebasnya. Tapi itu tidak sebanyak perasaan prihatin dan bisa sedikit mengerti perasaan orang tua saya dulu. Kenapa?
Semenjak saya jadian sama pacar saya yang sekarang, saya mulai mengerti kalau pacaran itu merelakan seorang yang asing, seorang yang tidak begitu dikenal sang orang tua dengan seorang yang dicintai oleh sang anak. Lah, ini anak kecil udah diajari lagu cinta, meski cinta monyet juga tapi kalau diikutin gimana? Jelas aku ngerti dong, enak aja keponakanku sudah disabet cewek lain!? //broconkumat
Omong-omong soal keponakanku, kata ibunya sih kalau sudah besar bisa-bisa dia jadi playboy. Ada satu cerita yang baru saya dengar kemarin, waktu itu keponakanku sama eyangnya (baca: tanteku) dan tantenya (baca: adiknya sepupuku yang ibunya dia) pergi beli ketoprak.
Lalu, A wild Cewek-imut-usia-sekitar-5-tahun appears!
Keponakan uses;
"Haaa~looo~"
It's not very effective....
Cewek-imut-usia-sekitar-5-tahun flees!
Singkat cerita (tanpa deskripsi ala Pokemon), Keponakan lihat Cewek-imut-usia-sekitar-5-tahun -> Keponakan nyapa Cewek-imut-usia-sekitar-5-tahun dengan gaya playboy pinggir kota -> Cewek-imut-usia-sekitar-5-tahun ga ada reaksi, pergi
...Entah mau ketawa atau prihatin dengernya.
Tapi sesungguhnya sih, pendapatku soal cinta monyet itu memang ada pengaruh perubahan zaman, tapi tidak sepenuhnya jelek. Toh, kita bisa belajar mencintai lewat cinta monyet itu.
Tapi ya, kalau usia 3 tahun udah main pacar-pacaran sih jelas nggak setuju. Minimal SMP dong! Keponakanku yang lucu unyu kawaii kyunkyun, kamu nggak boleh pacaran! Nanti aku pakein kamu rok! D: //brocon
Keluar dari topik soal cinta monyet untuk membahas yang lain ya. Terkadang, aku berpikir, kalau sekarang aku jadi anak-anak lagi, menyenangkan tidak ya?
Waktu aku kecil, aku berpendapat kalau aku akan dapat surat dari Hogwarts waktu usiaku sebelas. Nyatanya, sampai udah jadi tipikal part-time Hikkikomori yang nemplok ke kursi komputer gini, nggak dapet juga itu surat dari Hoggie.
Intinya, waktu kecil, imajinasiku jauh sekali. Main apapun bisa dijadikan seru. Masakan dengan daun bisa berasa masak ala masterchef. Battle dengan adik pakai tongkat ranting bisa jadi sekeren battle fantasi--- yah ala Chu2koi saja gitu.
Tapi orangtuaku jelas punya masa kecil yang lebih seru kedengarannya. Membuat mobil-mobilan dari jeruk, nyolong mangga tetangga, dan juga tak lupa cerita jorok biar dapat jatah makanan banyak--- eh, ini semua masa kecil bapakku yang jahil deh.
Tapi semua berubah ketika negara api menyerang semua berubah kita jadi dewasa dan jaman berubah. Realitas menyerbu kita dengan segala kenyataannya. Kurasa, anak jaman sekarang juga masih punya imajinasi yang banyak, namun fasilitasnya terlalu banyak untuk merealisasikan imajinasi itu sehingga semakin cepat mereka jenuh dan mempelajari realita.
Aku sendiri berharap aku masih punya hati anak-anak yang tidak perlu memikirkan banyak hal (termasuk belajar, donlodan dan hutang RP).
Aku iri sama anak-anak.
Tapi kedewasaan sendiri tidak bisa ditunda ketika sudah waktunya kan?
//renungan ketika melihat keponakan dan adik sepupu yang asyik bermain
//renungan ketika melihat keponakan dan adik sepupu yang asyik bermain
0 comments:
Post a Comment